Thursday, April 20, 2006

Sumber :
Post Metro Balikpapan, Kamis 20 April 2006, Hlm. 13
Title :
Lamin Borneo Hadir di Penangkaran Buaya Teritip Jadi Pusat Ritual Suku Dayak,
Dilengkapi Situs dan Museum
Pembukaan :
Karya seni suku dayak yakni lamin atau rumah panjang bakal dibangun di kawasan wisata Penangkaran Buaya Kelurahan Teritip Balikpapan Timur. Berbagai persiapan kini tengah dilakukan. Termasuk pengadaan puluhan kayu ulin raksasa.
Isi :
Balikpapan-Memahat kayu ulin atau kayu besi bukanlah pekerjaan yang gampang. Dibutuhkan keahlian khusus, karenanya pemilik Lamin Borneo sengaja mendatangkan 6 orang pekerja yang asli suku dayak kenya. Selain memahat kayu ulin, kesulitan dialami pula pada pencarian bahan baku. Maklum ulin yang diukir haruslah ukuran raksasa sehingga mencarinya pun tidak gampang. Sulitnya pengadaan bahan dasar tidak menghambat jalannya pembangunan Lamin Borneo.
"Syukurlah untuk mengatasi bahan baku kayu ulin mulai ada titik terang dengan adanya support dari Wakil Gubernur Kaltim Yurnalis Ngayoh yang beberapa waktu lalu mengunjungi penangkaran Buaya Tritip," ujar Tarto Sugiarto BSC.
Nantinya, harap Tarto kompleks Lamin Borneo yang sedang dibangun ini terdiri dari sejumlah bangunan replika lamin atau rumah panjang suku Dayak dilengkapi dengan panggung, berbagai situs dan museum pusat informasi budaya Dayak se pulau Kalimantan.
"Disamping itu, Lamin Borneo nantinya akan digunakan sebagai pusat acara ritual maupun festival dari suku Dayak se Kalimantan," tuturnya.
Tidak ada upacara khusus dalam pembangunan lamin ini. Namun menurut bang Jalung tidak ada masalah.
"Sebenarnya dalam pemancangan tiang utama Lamin ada upacara adat. Tapi dalam pembangunan ini tidak ada upacara. Karena selain masyarakatnya jarang sehingga tidak perlu diadakan," kata Bang jalang.
Bapak berputra satu ini sudah lama berkelut dengan pembangunan Lamin. Bahkan Lamin yang berada di daerah Bulungan dirinyalah yang menjadi arsitektur serta pembangunannya dibantu dengan beberapa orang suku Dayak yang terbilang senoir dikalangan sukunya yakni Dayak Kenya Teras Nawang.Dirinya pun dapat mengetahui mana ukuran kayu yang dibuat oleh suku Dayak dan mana yang bukan. Memang sekilas ukirannya tampak mirip namun jika kita perhatikan lebih seksama dan teliti akan terlihat perbedaanya. Dari mulai cara memahat, menggambar pola dan hasil jadinya.
"Dengan melihat ukiran kayu Lamin, saya bisa mengetahui mana yang mengukir suku Dayak atau bukan. Sebab tekstur dan penggambaran polanya dapat terlihat," ucapnya sambil menggambar kayu ulin besar dengan hati-hati.
Dibutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam proses pembuatan lamin ini.Dari mulai menggambar, memahat dan menghaluskan hasil pahatan. Dibilang harus sabar karena sebuah kayu ulin besar yang sangat keras itu dipahat secara berhati-hati mengikuti pola batik. Dengan kedalaman pahatan sekitar 1,5 hingga 2 sentimeter.Seluruh peralatan yang digunakan cukup tradisional dengan menggunakan pemalu, tatah kayu dan spidol gambar. Hanya saja untuk mempercepat waktu dibutuhkan penghalus semacam mesin penghalus ukiran.Nantinya secara bertahap akan dilakukan pula pembangunan miniatur lainnya yang tentu saja perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah propinsi atau kota dan kabupaten maupun perusahaan BUMN atau swasta yang beroperasi di bumi Kalimantan sebagai wujud kepedulian kita semua terhadap budaya duku dayak.

No comments: